Yogyakarta - Pemilu 2014 tinggal dua tahun lagi.
Tahun 2012 semua partai politik mulai melakukan pemanasan. Oleh karena
itu, Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah
Mada (UGM) mewaspadai kemungkinan terjadinya korupsi politik karena
semua partai politik mulai menyiapkan pertarungan dalam Pemilu 2014.
"Dua tahun sebelum pemilu, parpol biasanya sudah menyalakan dan memanasi mesin politiknya untuk konsolidasi 2014. Ini berbahaya bagi pemberantasan korupsi," kata Direktur Pukat Korupsi FH UGM, Zaenal Arifin Mochtar dalam diskusi "Prospek Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 di Bulaksumur Yogyakarta, Kamis (19/1/2012).
Menurut Zainal, waktu dua tahun bukanlah waktu yang panjang sehingga ada kemungkinan parpol akan semakin serakah merampok uang negara, untuk membiayai berlaga di pemilu 2014 nanti. Sedangkan kemungkinan lainnya adalah jika ada upaya pemberantasan korupsi, itu hanya semu atau di permukaan saja.
"Gesekan-gesekan itu akan muncul dengan jelas dan paling banyak nuansa politik daripada hukumnya," kata Zainal.
Zainal mengatakan dana yang besar adalah faktor penentu untuk memenangkan hajatan lima tahunan. Karena itu para kader parpol di DPR dan pemerintahan berusaha mendapatkan dari setiap proyek pemerintah. Namun di sisi lain ada upaya politik untuk menghalangi proses penegakan hukum.
"Kalau kita lihat dari konteks pemberantasan korupsi, perilaku politik saling menyandera ini akan menghambat proses penegakan hukum. Ada semacam tarik ulur kepentingan," kata Zainal didampingi peneliti Pukat FH UGM, Hifdzil Alim.
Sementara itu, Peneliti Pukat FH UGM, Hifdzil Alim menambahkan kasus korupsi yang menjadi perhatian publik dan ada kaitan dengan korupsi politik atau kelompok tertentu adalah kasus suap pembangunan Wisma Atlet Sea Games dan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGSBI). Meski sangat kentara adanya elite poltik yang korup memanfaatkan pengaruh dan kewenangannya untuk menggarong uang negara. Namun arah penyelesaian kasus korupsi tersebut tidak jelas.
"Lihat saja dalam sidang-sidang Wafid Muharam, Mindo Rosa Manulang dan M. El Edris itu kan belum menyentuh ke aktor intelektual di balik skandal korupsi. Kemudian bahasa-bahasa isyarat yang mereka gunakan kan lebih canggih," pungkas Hifdzil.
(bgs/anw/DetikNews)
"Dua tahun sebelum pemilu, parpol biasanya sudah menyalakan dan memanasi mesin politiknya untuk konsolidasi 2014. Ini berbahaya bagi pemberantasan korupsi," kata Direktur Pukat Korupsi FH UGM, Zaenal Arifin Mochtar dalam diskusi "Prospek Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 di Bulaksumur Yogyakarta, Kamis (19/1/2012).
Menurut Zainal, waktu dua tahun bukanlah waktu yang panjang sehingga ada kemungkinan parpol akan semakin serakah merampok uang negara, untuk membiayai berlaga di pemilu 2014 nanti. Sedangkan kemungkinan lainnya adalah jika ada upaya pemberantasan korupsi, itu hanya semu atau di permukaan saja.
"Gesekan-gesekan itu akan muncul dengan jelas dan paling banyak nuansa politik daripada hukumnya," kata Zainal.
Zainal mengatakan dana yang besar adalah faktor penentu untuk memenangkan hajatan lima tahunan. Karena itu para kader parpol di DPR dan pemerintahan berusaha mendapatkan dari setiap proyek pemerintah. Namun di sisi lain ada upaya politik untuk menghalangi proses penegakan hukum.
"Kalau kita lihat dari konteks pemberantasan korupsi, perilaku politik saling menyandera ini akan menghambat proses penegakan hukum. Ada semacam tarik ulur kepentingan," kata Zainal didampingi peneliti Pukat FH UGM, Hifdzil Alim.
Sementara itu, Peneliti Pukat FH UGM, Hifdzil Alim menambahkan kasus korupsi yang menjadi perhatian publik dan ada kaitan dengan korupsi politik atau kelompok tertentu adalah kasus suap pembangunan Wisma Atlet Sea Games dan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGSBI). Meski sangat kentara adanya elite poltik yang korup memanfaatkan pengaruh dan kewenangannya untuk menggarong uang negara. Namun arah penyelesaian kasus korupsi tersebut tidak jelas.
"Lihat saja dalam sidang-sidang Wafid Muharam, Mindo Rosa Manulang dan M. El Edris itu kan belum menyentuh ke aktor intelektual di balik skandal korupsi. Kemudian bahasa-bahasa isyarat yang mereka gunakan kan lebih canggih," pungkas Hifdzil.
(bgs/anw/DetikNews)
0 komentar:
Posting Komentar