Oleh : Afrizal Ahya
“Korupsi bukan lagi hal yang terbaru di dunia trend atau dunia modren masa kini,akan tetapi sebuah sensasi yang di bentuk untuk menjadi idola para idola”
Bermula dari sejarah, untuk menentukan masa yang akan datang perlu masa yang silam di jadikan sebagai tolak ukur, layaknya bagai Busur panah yang ketika hendak di lontarkan ke depan dengan acuan seberapa erat tarikan ke belakang untuk memastikan kecepatan untuk melaju ke depan.
Terkait dengan indahnya fenomena atau alam semesta pada saat ini,semua tak terlepas dari indahnya lukisan yang di rangkai oleh para seniman pada masa lalu, dan hingga kini masih di gemari oleh seniman-seniman muda, terutama kepada generasi penerus yang pernah di didik dalam sebuah lembaga kesenian secara militan,dan dijadikan sebagai budaya dari rasa kekeluargaan yang harmonis secara turun temurun yang bersifat seperti layaknya kerajaan yang Absolut.Lukisan yang di gambarkan sungguh menarik, karna tata cara pembuatan penuh dengan teoritis yang di sertai dengan praktisi yang kreatif, banyak cara yang di gunakan untuk membuat lukisan indah di mata publik, karna pujian dari publik merupakn salah satu faktor pendukung untuk menunjukkan bahwa sensasi yang selama ini dipublikasikan telah terpenuhi, di samping itu antara para pelukis mengadu kekuatan dengan berkompetisi untuk meraih kemenangan, bahkan saling menjatuhkan antara satu sama lainnya. Semua itu tidak terlepas dari proses pengembangan pendidikan dan penerapan pengalaman indah yang pernah dilalui dari periode ke priode, Lukisan itu hanya dapat memetakan apa yang di lukiskan oleh para seniman, begitu juga dengan sebuah realitas, realitas hanya dapat menceritakan apa yang telah dipaparkan oleh suatu kejadian
Mengapa saya mengatakan seperti ini, bahkan sedikit menyinggung tentang dunia kesenian, karna panggung kesenian pantas untuk di jadikan sebagai simbolik atau gambaran sederhana dari sebuah dunia politik, yang menggambarkan adanya sebuah pemain dan penonton yang di sertai dengan adanya pangung sandiwara dimana di jadikan sebagai tempat berhura hura, semua ini tidak terlepas dari gejola politik yang semakin hari kian memburuk dan nyatanya kita hanya dapat jadi penonton yang budiman, dengan apa yang dipersembahkan oleh para aktor dan aktis kepada kita semua. Karna pada dasarnya aktor dalam berpolitik itu tidak pernah menyatakan siapa dia sebenarnya, karna semua itu hanya rekayasa dan satu hal yang perlu untuk diketahui, semua itu hanyalah program, rencana, dan skenario dari pada produser dan sutradara yang mengaplikasikan di belakang layar sinema. Kebijakan pemerintah pada saat ini tidak lagi memiliki kesingkronan antara eksekutif dan legislatif, saling bertolak belakang antara satu sama lainnya, komunikasi yang di jalin oleh pihak eksekutif dan legislatif kini menjadi miskomunikasi yang tidak pernah menunjukkan keharmonisan dimata publik, apakah ketidak transparanan merupakan salah satu sistem yang di terapkan untuk mengaplikasikan pemerintahan yang baik?
Ketika berbicara tentang anggaran kita selaku masyarakat sipil sering tidak mendapatkan kejelasan dari pihak yang berwenang yang seharusnya itu menjadi hak kita untuk sekedar mengetahui selaku orang yang berstatus anak di dalam keluarga, lantas apa jawaban ayah tercinta ketika kita menanyakannya “semua itu tolong tanyakan pada ibunda”, begitu juga dengan sebaliknya. Apakah ini menunjukkan sebuah keluarga yang harmonis? sama halnya seperti yang terjadi saat ini yang di ceritakan oleh fenomena di dalam area pemerintahan tidak satupun yang mau mengatakan yang sebenarnya,tidak mustahil lagi jika kegelapan itu muncul dalam cahaya terang. Semua ini tidak terlepas dari sebuah strategi rancangan khusus yang di rancang oleh kaum yang berpendidikan militan di bidang masing-masing dengan mempertunjukkan skill atau keahlian dari sebuah pengkaderisasian yang cukup matang, namun ini semua tidak luput dari pengaruh politik dan pekembangan dunia, yang di tunggangi berdasarkan atas adanya unsur kepentingan, secara konsep teori itu tidak pernah dinyatakan salah akan tetapi dalam dunia praktisi yang perlu di pertimbangkan
Tanpa kita ketahui rencana dan program untuk kedepan itu apa, karna di dalam sistem untuk mencetak suatu perubahan atau revolusi tentu banyak sekalii Goal yang di inginkan agar tercapai, begitu juga halnya dengan sebuah kompetisi layaknya sebuah pertandingan sepak bola yang memiliki visi dan misi tertentu, yaitu mencetak Goal. Yang sebelumnya menciptakan sebuah formasi dan strategi yang unik untuk pola penyerangan dan pertahanan, dibalik itu semua Goal yang di ciptakan tidak semestinya harus sepenuhnya dengan aturan yang di berlakukan, akan tetapi Goal yang di ciptakan dengan tangan pun di nyatakan sah asalkan tidak diperhatikan oleh beberapa orang wasit
Ini semua tidak terlepas dari pendidikan, akan tetapi pendidikan yang bagaimana? Karna segala akses dlam kehidupan tanpa disadari semua yang kita lakukan itu adalah buah hasil dari pada didikan yang kita raih selama ini, yang kita tuntut dalam durasi waktu yang relatif, baik itu di peroleh dari sebuah pengalaman, ajaran atau penglihatan yang di cerminkan oleh realitas. Lantas bagaimana dengan yang tidak pernah sama sekali memperoleh pendidikan akan tetapi mampu untuk menerapkan suatu keinginan layaknya seperti para pencopet jalanan, yang memiliki banyak cara untuk mendapatkan suatu keinginan agar terpenuhi dengan merintis dan menyusun suatu rencana yang di anggap mampu untuk melumpuhkan sasaran, mungkin rancangan itu tidak jauh berbeda dengan rancangan yang di ciptakan oleh beberapa orang yang berpendidikan,dan inilah cara orang berpendidikan melakukan copet hampir mempunyai kesamaan dalam penerapan. Taktik dan trik yang di lakukan oleh pencopet jalanan sungguh menakjubkan karna didasari dengan rasa kebersamaan dan kekompakan, yang menyambungkan sinyal antara satu dengan yang lainnya layaknya sebuah permainan ESTAPET. Sama halnya yang di perankan oleh para aktor saat ini yang melakukan aksinya di atas panggung layar lebar yang meloncat-loncat dari meja ke meja, terbukti hingga sekarang banyak kasus Korupsi yang belum terselesaikan hingga kini, semua hangus di telan bumi begitu saja, tanpa pernah menghasilkan keputusan dan suatu kebijakan yang Real terhadap kesalahan nyata, karna tak ada satu komitmen pun yang dipegang untuk menjerat kesalahan itu sendiri, karna di balik itu Korupsi sudah seperti sebuah Organisasi yang di DELEGASI kan secara resmi yang memiliki Akte Notaris yang di sah kan oleh pihak-pihak tertentu, jika pernyataan ini salah lantas mengapa dalam penetapan keputusan dan pengambilan kebijakan begitu lamban, apa hanya karna ikatan emosional, senioritas, dalam ketetapan berorganisasi, atau hanya rasa pecundang untuk menjatuhkan satu pohon besar yang terltak di atas bukit yang nantinya akan takut terguling dan di terpa Gelombang di atas ombak laut, karna seperti yang kita ketahui korupsi itu merupakan salah satu istilah dari kontek politik yaitu Serangga Merah (Penggerogot)
Secara logika saya dapat menyebutnya prilaku “KORUPSI DAN PENCOPET JALANAN ITU SAMA”, akan tetapi hanya karna saja Pencopet Jalanan itu sungguh lebih baik dari pada Pendekar bertopeng“PENCOPET”. Mengapa dalam setiap pembicaraan yang muncul ditengah-tengah masyarakat yang jadi topik bahasan tiada lain dan tiada bukan melainkan hanyalah tentang kejahatan KORUPSI, akan tetapi kebanyakan yang terdapat di dalm Jeruji Besi ialah orang-orang yang mencari nafkah kehidupan dengan mencuri, apakah hanya karna faktor Tahta dan Reputasi....? bukankah keduanya sama-sama dalam posisi garis Vertikal yang berwarna merah....? sampai kapan sosial demokrasi itu harus jadi pilihan, apakah penyelesaian kejahatan korupsi cukup hanya dengan berbicara, atau membicarakan korupsi merupakan salah satu solusi terbaiknya yang hanya mengaandalkan sebuah tahta kebesaran yang menunjukkan suatu keagungan dari sekelompok Gelandangan Negara, Sungguh sangat minim jika tahta, reputasi, karier, title, bahkan pendidikan sekaligus terjatuh hanya dengan kata yang sederhana yaitu
Karna orang bijak pernah mengatakan,
“jangan tanya apa yang sudah Negara berikan padamu, akan tetapi tanyalah apa yang sudah engkau berikan pada Negara”
akses:http://www.sekolah.gerakaceh.org
0 komentar:
Posting Komentar