Achmad Romadhon
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Kata pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang KORUPSI SERTA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI DALAMNYA, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang penyakit korupsi yang menjangkiti mayoritas masyarakat kita yng tentunya jika dibiarkan akan sangat berbahaya. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru bahasa Indonesia Bu Reni yang telah memberikan penjelasan yang cukup detail mengenai tata cara penyusunan makalah. Juga kepada semua pihak yang tak bisa disebukan penulis satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis kepada semuanya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Jakarta, Agustus 2009
Achmad Romadhoni
1.2 Latar Belakang
Belakangan ini korupsi sudah menjadi sebuah kebiasaan di Indonesia. Banyak pihak yang secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi yang melakukan praktek tindak pidana korupsi. Korupsi adalah sebuah syndrome yang harus dimusnahkan dari jagat raya ini. Korupsi dapat menggerogoti tatanan birokrasi yang ada di republik kita tercinta. Yang paling ditakutkan adalah jika sampai korupsi ini menjadi sebuah budaya yang terus berkembang dan berakar yang dikemudian hari menjadi warisan budaya untuk anak cucu kita. Apa yang kita tanam hari ini akan dipetik dikemudian hari oleh para generasi penerus bangsa ini.
Sudah banyak ahli-ahli dan lembaga yang mengungkapkan teori-teori substansial membahas tentang korupsi. Mulai dari kenapa orang berani melakukan korupsi sampai dengan penelusuran korupsi di suatu instansi pemerintah. Bahkan Polisi menjadi peringkat pertama institusi yang paling sering disuap versi Transparency International Indonesia (TII). Samapi-sampai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera masuk ke Kepolisian untuk mengawasinya ( www.detiknews.com )
Praktik korupsi memang telah terbukti merugikan banyak pihak. Salah satunya adalah perlambatan pembangunan, investasi yang tereduksi dan jika dalam jumlah besar bisa merugikan sektor perbankan pemerintah. Yang patut menjadipertanyaan besar saat iniadalah tentang sejauh mana pemerintah serius menangani penyakti masyarakat ini. Khususnya di era otonomi daerah saat ini yang notabenenya pemerintah daerah diberikan keleluasaan dalam mengelola dan mengambil keputusan untuk kesejahteraan masyarakatnya.
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui dan menganalisa indeks persepsi korupsi yang akan menggambarkan tingkat korupsi sebuah kabupaten/kotaberdasarkan persepsi pelaku usaha
Menganalisa kualitas pelayanan publik yang ada di Jakarta selaku pusat ekonomi dan pemerintahan
Mengetahui bagaimana korupsi bisa menjadi sebuah kebudayaan mayoritas masyarakat
1.4 Permasalahan
Mentalitas peminta-minta sudah menjadi bagian dari mayoritas masyarakat Indonesia. Keinginan mendapat sesuatu yang lebih dari segala hal yang telah dikerjakan merupakan watak manusia yang tidak bisa diindahkan. Memang banyak pihak yang menganggap bahwa pemberantasan korupsi saat ini mengalami banyak kemajuan, terutama jika dibandingkan dengan masa orde baru. terutama setelah pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun meskipun begitu lantas tidak boleh berhenti begitu saja untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Harus dilakukan secara konsisten, kontinyu dan berani sesuai dengan amanah pancasila dan UUD 1945. pemberantasan korupsi yang dilaukan tidak serta-merta mudah untuk dijalankan, setidaknya harus ada fakta-fakta atau bukti yang mendukung bahwa kuat dugaan terjadi tindak pidana korupsi di suatu lembaga. Oleh karena itu diperlukan sebuah analisa dan penelitian khusus yang perlu dibuat sebagai referensi bagi pihak yang berweang untuk melakukan tugasnya sekaligus sebagai bahan evaluasi bagi setiap pihak agar tidak terkena syndrome korupsi tersebut.
1.5 Dasar Teori
TEORI MASLOW
Maslow memberikan theory of needs yang menjelaskan mengenai kebutuhan manusia. Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
• Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs) Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya.
• Kebutuhan sosial (Social Needs).
Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi.
• Kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs).
Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam statusnya se¬seorang serta prestise yang ditampilkannya.
• Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization).
Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
Dari gambaran teori di atas, manusia mempunyai berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari kebutuhan primer hingga kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya. Manusia mempunyai watak tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah diperolehnya. Ketika manusia tidak mampu mengendalikan gejolak batinnya untuk memenuhi kebutuhannya, maka yang terjadi mereka berpeluang melakukan tindak pidana korupsi, apalagi jika ada kesempatan melakukannya. Korupsi, merupakan hal yang salah satunya dilakukan karena adanya ketidakpuasan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia tersebut. Dan yang menjadi persoalan adalah ternyata tidak sedikit orang yaang merasakan hal tersebut, sehingga mungkin jadilah sebuah kegiatan ’korupsi berjamaah’ yang belum terendus oleh pihak berwenang.
Sumber: http://dhondhon.blogspot.com/2009/11/korupsi-penyakit-kompleks-masyarakat.html
0 komentar:
Posting Komentar